Kamis, 29 April 2010

Rencana Tuhan

Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata; 'Aku tidak mau mendengarkan!' itulah tingkah lakumu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan saudaraKu!"
Yeremia 22:21

Sudah menjadi sifat manusia ketika hidupnya dalam keadaan sentosa, artinya baik baik saja, aman, sehat, makmur dan berkecukupan, ia cenderung melupakan Tuhan dan sepertinya dan tidak lagi membutuhkan kehadiranNya. Saat keluarga baik baik saja, anak anak berhasil dalam studi, pekerjaan sudah mapan dengan gaji cukup tinggi, apa lagi yang perlu kita kawatirkan dan takut kan dalam hidup ini? jadi kita tidak perlu bekerja keras. ibadah ke gereja sekali seminggu saja, berdoa saaat makan, hendak tidur pada malam hari dan setelah bangun pagi saja. That's enough! Sudah cukup. Ini sering kita lakukan. Sebaliknya kita baru mau mencari Tuhan sunguh-sunguh apabila bisnis sedang hancur, toko hampir bangkrut, studi gagal total, belum memiliki anak mesti sudah menikah bertahun tahun atau hal hal lain yang sedang menimpa kita.

Tidak salah bila kita datang mencari Tuhan ketika kita dalam masalah. Namun, apakah kita harus menunggu musibah menimpa kita dahulu baru kita sungguh sungguh di dalam Tuhandan Melayani Dia?

Mengapa kita masih muda, kuat, sehat dan berkelimpahan kita 'Hitung-hitungan' dan tidak mau melakukan yang terbaik bagiNya?

Dalam Matius 19:16-22 ada anak muda yang hidupnya makmur dan hidupnya baik baik saja. Bahkan dalam kerohanian dia sepertinya tidak bercacat, semua hukum taurat dilakukan dengan baik. Namun ada satu hal yang kurang, seperti kata Yesus, "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikan itu kepada orang orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga , kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku" ( Matius 19:21). Dan ternyata anak muda ini lebih mencintai hartanyadari pada harus mengikut Tuhan. Harta/kemewahan/uang menjadi prioritas utama dalam hidupnya melebihi kasihnya kepada Tuhan. Oleh sebab itu dia memilih meninggalkan Tuhan daripada harus kehilangan Hartanya.
By Ratna wati